Ganjar Pranowo Menyampaikan Pidato Politik di Depan Relawan

MafiNews.com, Bakal Calon Presiden PDIP Ganjar Pranowo menyampaikan pidato politik di depan relawan di Wisma Serbaguna Senayan, Jakarta, Rabu (19/7).

Dalam acara tersebut Ganjar bersama relawan kompak mengenakan kemeja garis-garis putih hitam.

Ada beberapa poin yang disampaikan Ganjar. Mulai dari asal muasal penggunaan kemeja, hingga isi pertemuannya dengan Presiden Jokowi di Yogyakarta.

Ganjar mengatakan kemeja garis-garis hitam putih memberi kesan bahwa seseorang memiliki pilihan meski dihadapkan pada keputusan yang sulit. Ganjar pun menegaskan bahwa dirinya bukan orang yang 'abu-abu'.

"Ada satu pertanyaan bapak ibu waktu itu, ketika saya pakai baju garis ini. 'Pak Ganjar kenapa hitam putih?'. Saya sampaikan bahwa saya bukan orang abu-abu, ketika kita bersikap pada sebuah keputusan yang sulit, Anda mau pilih yang mana, hitam atau putih," kata Ganjar.

Ganjar juga mengungkapkan kemeja bermotif garis-garis dengan warna hitam putih itu merupakan pilihan Presiden Joko Widodo.

"Sampai pada akhirnya beliau sampaikan selembar kertas kepada saya, Pak Ganjar mungkin ini bagus. Saya lihat, saya bolak, saya balik, dan apa yang bagus itu adalah baju yang saya pakai ini," ujarnya.

"Bahkan beliau pun sangat perhatian sampai detail baju sehingga merekomendasikan saya pakai dan hari ini Bapak Ibu pakai semuanya," imbuhnya.

Minta Relawan Perkuat Diri
Ganjar meminta agar kelompok relawan memperkuat dukungan di berbagai daerah terutama yang dianggap masih kurang memberikan dukungan kepadanya.

Ia juga meminta relawan fokus dan bersinergi agar dukungan di daerah-daerah dapat dimaksimalkan.

Ganjar menegaskan ketika membuka data ternyata ada daerah yang gagal dikuasai, dan sebaliknya ada daerah yang berhasil.

"Gagal di sana, apa artinya? Kita kurang jeli baca data. Hari ini itu saya baca ulang, untuk kita memastikan apakah representasi yang hadir itu powerful," katanya.

"Pertanyaan saya? Apakah relawan teman-teman siap saya komando?" ucap Ganjar di acara relawan di Jakarta, Rabu (19/7).

"Siap!" teriak relawan yang hadir.

Singgung yang Pindah Gerbong
Di hadapan relawannya, Ganjar juga mempersilakan apabila ada yang mengalihkan dukungan pada Pilpres 2024. Ganjar mengatakan pilihan sikap mereka tak perlu ditangisi, meskipun mereka berasal dari satu barisan yang sama.

Menurutnya, dinamika politik terus berkembang hingga menjelang pemilu mendatang.

"Ketika dinamika berkembang, terjadi suasana yang timbulkan friksi, ikhlaskan ketika ada bagian dari kita berpindah ke kamar sebelah," kata Ganjar di hadapan relawan, Rabu (19/7).

"Tidak perlu ditangisi, Anda mau hitam atau putih. Satu agenda besar karena kita punya mimpi bersama, agenda besar kita Indonesia mesti jadi negara maju," tambahnya.

Singgung Neokolonialisme
Ganjar menyebut ada pihak tertentu yang ingin menghentikan kebijakan hilirisasi mineral Indonesia.

Menurut Ganjar langkah Jokowi yang menghentikan ekspor komoditas nikel berhadapan dengan kolonialisme gaya baru lewat regulasi.

"Bahkan apa yang dikerjakan oleh Pak Jokowi hari ini untuk tidak mengekspor Nikel perlawanannya sungguh luar biasa," ujar Ganjar saat bertemu relawan pendukungnya di Senayan, Jakarta, Kamis (19/7).

Ganjar menilai tekanan yang diarahkan pada Indonesia terkait kebijakan nikel tersebut merupakan upaya pihak tertentu yang ingin mendikte kebijakan Indonesia.

Ia pun mengutuk upaya-upaya tersebut yang membuat Indonesia harus patuh terhadap keinginan mereka.

"Bahkan saya membaca keadaan neo colonialism by regulation adalah mengatur semuanya sesuai dengan kehendaknya agar kita mengikutinya. Menurut saya go to hell," ujarnya.

Ungkap Perbincangan dengan Jokowi
Ganjar mengungkapkan isi pembicaraan dengan Presiden Joko Widodo yang berlangsung selama 30 menit di Yogyakarta pada 9 Juli lalu.

Ganjar mengaku membicarakan banyak hal, termasuk soal dinamika politik.

"Beberapa kali saya ketemu beliau terakhir saya ngobrol kemarin kurang lebih 30 menit di Yogyakarta beberapa minggu lalu. Kami bercerita cukup banyak, tentang dinamika politik terakhir," ucap Ganjar di hadapan relawan di Jakarta, Rabu (19/7).

Ganjar juga mengatakan membahas soal politik dalam negeri dan dinamika di luar negeri saat berbincang dengan Jokowi.

Dalam pertemuannya Jokowi, Ganjar mengaku diberi pesan untuk menghadapi Pilpres 2024 mendatang. Jokowi, kata Ganjar, memberi pesan bukan hanya soal kontestasi tetapi juga setelah itu.

"Tidak hanya untuk memenangkan sebuah kontestasi tapi pasca kontestasi pun itu jauh lebih berat. Kontestasi adalah antara saja untuk sungguh-sungguh nanti bisa melaksanakan yang lebih besar itu," ungkapnya.

Singgung Pencopotan Baliho
Ganjar meminta relawan tak tersinggung atas pencopotan baliho bergambar dirinya yang dipasang di lahan Makodim 1013 Mtw, Kalimantan Tengah.

Ganjar mengatakan jika memang ada yang dilanggar, tidak masalah baliho itu dicopot.

"Saya kemarin ditanya, 'Pak Ganjar bagaimana dengan baliho dicopot tentara?'. Tidak boleh marah, tidak boleh tersinggung, kalau itu tidak benar, awur awuran, silakan dicopot," kata Ganjar dalam acara silaturahmi dengan relawan di Wisma Serbaguna Senayan, Jakarta, Rabu (19/7).

Ia saat itu meminta baliho dirinya untuk dicopot. Ganjar bahkan mengaku ikhlas jika baliho itu dibakar.

"Ada sahabat saya anggota DPR RI dari Gerindra balihonya ditutup sama baliho saya. Direkam seseorang, diberikan ke saya, 'gimana Mas Ganjar, kadernya seperti itu', oke mbak copot baliho saya, buang jauh-jauh, anda bakar pun saya ikhlas," katanya.

Ganjar Pranowo adalah bakal calon presiden yang telah mendapat dukungan dari PDIP, PPP, Hanura, Perindo dan PSI.

Akan tetapi, belum ada cawapres yang ditentukan untuk mendampinginya di Pilpres 2024 mendatang.

PDIP menyebut ada 10 nama yang tengah dipertimbangkan untuk dijadikan cawapres Ganjar. Beberapa nama yang dimaksud antara lain Sandiaga Uno, Erick Thohir, Mahfud MD, AHY, serta Ridwan Kamil dan Basuko Hadimuljono.
(Sumber Cnn/Mn)

TERKAIT