Bersama Stakeholder Disketapang Pekanbaru Bahas Analisis Pola

Mafinews.com,   Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang) Kota Pekanbaru melaksanakan Rapat Analisis Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2023. Rapat ini dipimpin Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru Adi Lesmana S.Hut.


Hadir juga Kepala Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru Khairunnas, Perwakilan Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Riau dan stake holder di kalangan Pemko Pekanbaru.

Rapat analisis tersebut dilaksanakan dalam upaya lebih mendapatkan hasil maksimal dari Pola Pangan Harapan (PPH) dengan meningkatkan lagi angka produksi, konsumsi pangan maupun pemahaman masyarakat terhadap standar pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA).

Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Pekanbaru, Adi Lesmana didampingi Kepala Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan, Yarnengsih Alam, Kabid Kepala Bidang (Kabid) Ketersedian dan Kerawanan Pangan, Ismail juga sejumlah analis menjelaskan, pola pangan harapan dihitung menggunakan standar Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) dan itu sudah ada rumusannya.

Misalnya berkaitan dengan angka konsumsi protein, daging, kacang-kacangan, susu, karbohidrat dan lainnya.

Untuk Kota Pekanbaru, dijelaskan Adi Lesmana, skor untuk Pola Pangan Harapan diacu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 lalu, angkanya adalah 86,4.

Sebagai bagian dari tugas pokok, Disketapang berupaya terus meningkatkan kualitas penilaian setiap tahunnya sehingga bisa sampai pada angka maksimal.

''Sumber data yang kita gunakan sebagai acuan adalah data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Sementara dalam mendukung pencapaian yang lebih baik, harus melibatkan multi stake holder, seperti Dinas Pertanian sebagai unit pendukung peningkatan produksi, Dinas Kesehatan dalam upaya dukungan kesehatan pangan, Dinas Pendidikan dalam upaya edukasi, Dinas Pariwisata dalam sosialisasi dan dukungan dunia usaha, Dinas Pangan dan Holtikultura Provinsi Riau dan beberapa lainnya dengan harapan bisa mencapai hasil maksimal dan meningkat setiap tahunnya,''ujar Adi.

Dalam rapat tersebut, Kepala Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan, Yarnengsih Alam dan Analis Ketahanan Pangan di Disketapang Pekanbaru Purwati, SP, MMA, membahas ada lima variabel maupun indikator penentu dari peningkatan pola konsumsi pangan seperti angka ketersediaan pangan, tingkat pendapatan masyarakat, harga pangan, pengetahuan gizi masyarakat maupun gaya hidup dan kebiasaan masyarakat.

Mereka menjelaskan, indikator ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap skor PPH. Karena itulah, ukuran yang digunakan dalam penetapan PPH ini harus sama, misalnya antara kabupaten dengan kabupaten, kota dengan kota.

Puti menjelaskan, pola antara kabupaten dengan kota tentunya akan berbeda. Karena itulah, daya dukung dalam penerapan indikator PPH juga pastinya tidak akan sama. Karena itulah, pihaknya berharap masukan untuk bisa mendapatkan formulasi yang pas dalam penghitungannya.

Fakta tersebut salah satunya dikuatkan dengan data Dinas Ketahanan Pangan dan Holtikultura Provinsi Riau dimana, di beberapa kabupaten, angka PPH nya saat ini sudah jauh lebih tinggi.

Sementara Kepala BPS Pekanbaru Khairunnas menjelaskan, dalam melakukan pendataan, pihaknya hanya memotret kondisi yang terjadi di masyarakat.

Sehingga data dan angka yang didapatkan adalah angka riil yang didapatkan di lapangan.

Dan untuk upaya peningkatan PPH, pihaknya menekankan sinergi yang lebih massif antar stake holder, khususnya di jajaran dinas, pelaku usaha, maupun masyarakat sehingga pemahaman tentang B2SA itu sendiri bisa lebih meningkat.

Dia juga mengusulkan untuk lebih memassifkan lagi pemahaman masyarakat untuk pola pangan harapan, juga bisa melibatkan dunia pendidikan, termasuk kalangan pendakwah.

Pada rapat tersebut, Khairunnas juga menjelaskan beberapa kondisi yang bisa menentukan terhadap nilai PPH tahun berikutnya, salah satunya adalah berkaitan dengan perubahan pola perilaku masyarakat dalam konsumsi pangan pasca pandemi Covid 19.

''Pastinya akan ada yang berubah dari kebiasaan selama pandemi san setelah kembali di situasi normal saat ini,''ungkap dia.

Dia mencontohkan, selama pandemi, ternyata konsumsi terigu mengalami peningkatan. Konsumsi pangan hewani menurun. Setelah dibukanya akses masyarakat untuk perilaku hidup baru, dan aktivitas kembali normal, tentunya akan ada perubahan-perubahan terhadap pola konsumsi masyarakat.

Dia berharap variabel situasi itu juga bisa menunjukkan kondisi riil yang terjadi saat ini di Kota Pekanbaru berkaitan dengan pola pangan harapan. (Kominfo/Mn)

TERKAIT